CINTA PERTAMA BUNG KARNO

"Aku sangat tertarik kepada gadis-gadis Belanda.Aku ingin sekali mengadakan hubungan cinta dengan mereka,"begitu pernyataan bung Karno.Alasannya sangat luas dan mendasar.Sebagai lelaki tampan yang sejak remaja sangat percaya diri,bung karno mengaku,"Hanya inilah satu-satunya jalan yang kuketahui untuk bisa memperoleh keunggulan terhadap bangsa kulit putih dan membikin mereka tunduk kepada kemauanku."

Mungkin saja semua pernyataan tersebut benar.Tetapi juga mungkin,daya khayal bung karno yang sangat melambung.Oleh karena dia kemudian mengungkapkan cintan pertamanya tertuju kepada Pauline Gobee,anak gurunya.Kemudian muncul deretan nama,semuanya gadis keturunan Belanda,yakni Laura,Raat,Mien Hessel.

Bagaimanapun,sesuatu yang semula mungkin belum sempat dia bayangkan,hidup perkawinan justru sudah di mulai Bung Karno ketika usianya belum genap 20 tahun.Tahun 1921,di Surabaya,dia menikah dengan Siti Oetari,gadis usia 16 tahun,putri sulung tokoh Serikat Islam,Haji Oemar Said Tjokroaminoto,pemilik rumah tempatnya menumpang ketika dia di sekolah lanjutan atas.Beberapa saat sesudah menikah,Bung Karno meninggalkan Surabaya,pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.Tjokroaminoto,ayah mertuanya,membantu mencarikan tempat indekos dengan menghubungi teman lamanya,Sanusi,Seorang Guru.

Bencana sering datang bagai pencuri,mendadak dan tidak terduga.Begitu Bung Karno tiba di Bandung,di jemput Sanusi di stasiun dan langsung diajak ke rumahnya,api gairah sudah menyala."sekalipun aku belum memeriksa kamar,tetapi jelas ada keuntungan tertentu di rumah ini.Keuntungan pertama justru berdiri di depan pintu masuk dalam sinar setengah gelap.Raut tubuh tampak jelas,di kelilingi oleh cahaya lampu dari arah belakang.Perawakannya kecil,sekuntum bunga cantik warna merah melekat di sanggul dengan senyum menyilaukan mata.Namanya Inggit Garnasih,istri Haji Sanusi."

Menurut Bung Karno"Segala percikan api yang memancar dari anak lelaki berumur 20 tahun,masih hijau dan belum punya pengalaman,telah menyambar seorang perempuan dalam umur 30 tahun yang matang dan berpengalaman."Percikan gairah tersebut tidak hanya berhenti membakar Bung Karno.Secara bersamaan menghanguskan simpul tali perkawinan yang baru satu tahun dia jalani.Meskipun alasannya,kata Bung Karno"Oetari dan aku tidak dapat lebih lama menempati satu tempat tidur,bahkan satu kamar pun tidak.Jurang antara kami berdua semakin lebar.Sebagai seseorang yang baru saja kawin,kasih sayangku kepadanya hanya sebagai kakak."

Siti Oetari di cerai dan di kembalikan kepada Tjokroaminoto.Sementara itu menurut Bung Karno,Sanusi adalah seorang tukang judi  yang setiap malam terus-menerus menghabiskan waktunya di tempat bilyard.Maka mudah di duga apa yang bakal terjadi,"Aku seorang yang sangat kuat dalam arti jasmaniah dan pada hari-hari itu belum ada televisi.Hanya Inggit dan aku berada di rumah yang selalu kosong.Dia kesepian .Aku kesepian.Perkawinannya tidak betul.Adalah wajar,hal-hal yang demikian itu kemudian tumbuh.

Apapun alasannya sehingga mereka berdua menjadi dekat,Poeradisastra tetap menilai Inggit Garnasih seorang wanita luar biasa."Kekasih satu-satunya yang mencintai Soekarno tidak karena alasan harta dan tahta,yang selalu memberi dan tidak pernah meminta kembali.Satu-satunya wanita yang bersedia menemani Soekarno dalam kemiskinan dan kekurangan."

Di tambahkannya,"Saya harus meminta maaf sebesar-besarnya kepada semua janda Soekarno,dengan segala jasa dan positifnya masing-masing.Tetapi saya harus mengatakan bahwa hanya Inggit merupakan tiga bentuk dalam satu kepribadian,yakni ibu,kekasih,dan kawan yang selalu memberi tanpa pernah meminta.Kekurangannya,Inggit tidak melahirkan anak."

Inggit Garnasih lebih tua 15 tahun dari Bung Karno sehingga lebih dewasa dalam bersikap ketika menghadapi saat-saat gawat.Wanita Sunda Ini bagaikan induk ayam yang sayapnya selalu siap memberi perlindungan.Janda Cerai selama empat bulan tersebut kemudian menikah dengan Bung Karno pada pertengahan 1923.

Selama 20 tahun hidup perkawinannya dengan Bung karno,dengan setia dia menjenguk suaminya ketika di sekap di penjara sukamiskin.Dengan kesetiaan luar biasa mengikuti suaminya menjalani pengasingan di Flores,sambil mengajak ibu dan dan 2 anak angkatnya.Asmi,ibu mertua Bung Karno,tutup usia ketika mendampingi menantunya di tempat pembuangan.    



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Reformasi Gereja

Peradaban Mesopotamia

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA